Monday, January 20, 2020

Puisi | Untukmu yang Kunamai 'Dia'


Oleh : Wawat Qomariyah

Untukmu yang kunamai 'Dia' dalam setiap do'aku. Maaf aku tak pernah tahu namamu. Jangankan tahu untuk sekadar mengira saja aku tak mampu. Barangkali, mengeja namamu adalah hal tersulit untuk saat ini. Jadi, biarlah kunamai kamu dengan nama 'Dia' dalam setiap do'aku. Biar kelak Allah saja yang mengejakan namamu untukku.

Mengetahui tentangmu adalah hal yang membuatku begitu penasaran. Saat menerka seperti apa rupamu, bagaimana perangaimu, apa yang mungkin kita bicarakan saat bertemu kelak, membuatku tersenyum sendiri. Apakah kelak kau selembut Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, setegas Sahabat Umar bin Khattab, sedermawan Sahabat Utsman bin Affan, ataukah secerdas dan seberani Ali bin Abi Thalib? Ah atau akhlakmu cerminan dari pribadi Rasul yang mulia. Aiiih, harapanku tinggi sekali, bukan? Ah, aku kan hanya menebak, barangkali saja walau memang aku pun sadar diri. Siapa aku memangnya? Atau aku mengahayalkan kau itu bak tokoh pada novel-novel yang membuat luluh para pembacanya. Seperti Mas Fahri yang kecerdasannya tak diragukan, Mas Azzam yang kesabarannya tak disanksikan, Mas Ayyas yang Keimanan sungguh mengagumkan, atau Mas Fahmi yang kesetiaan betul-betul menawan. Aiiih, lagi-lagi aku pikir aku siapa? Tapi, jika kudo'akan agar kau seperti itu tak apa bukan? Tentu, aku pun akan coba memantaskan. Tak mungkinkan jika kau telah sebaik itu lalu bersanding denganku yang seperti ini?

Aku juga menerka bagaimana cara kita bertemu kelak. Aku penasaran apakah kita ditakdirkan seperti Sahabat Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah puteri Rosul yang terkasih, yang telah dipertemukan sejak kecil? Atau, seperti Nabi Yusuf as dan Zulaikha yang katanya dipertemukan lewat mimpi? Atau kita pernah bertemu sebelumnya, namun sama-sama tak mengenal dan tak saling sapa? Atau, kita memang belum pernah bertemu sama sekali? Ah, siapapun kamu, bagaimanapun cara kita bertemu aku hanya berharap pertemuan antara kita adalah pertemuan yang diridhai-Nya.

Aku pun penasaran, seberapa lama waktu yang kau butuhkan untuk tiba di depan rumahku dengan membawa kesiapan dan niat yang baik. Kadang aku tersipu sendiri memikirkan hal ini. Tapi wajar saja, bukan? Tanyakan saja coba pada wanita-wanita yang usianya menginjak usia ini, sedikitnya sekali pasti mereka memikirkan akan hal ini. Aku tak salah bukan? Ah, untuk waktu yang seberapa lama itu, aku tahu ini sulit untukmu. Meyakinkan hatimu, memantapkan langkahmu, pun menguatkan tekadmu, aku tahu itu sama sekali bukan hal yang mudah. Belum lagi jika mungkin kau berpikir tentang tanggung jawab yang akan kau pikul. Bukankah kau juga perlu persiapan ekstra untuk itu?

Ada satu hal yang kutakut dalam hal ini, aku sangat takut kau kecewa mendapatiku yang seperti ini. Aku takut kau tak bisa menerimaku apa adanya. Aku takut kau tak mampu sabar dengan perangai-perangai burukku. Aku takut kau jengkel dengan cerewetku, ngambekku, cengengku. Aku takut kau tak tahan dengan marahku, diamku, atau bahkan sifat manjaku. Atau kau tak suka lagi denganku, dengan rupaku. Aku sangat takut. Sungguh jauh sebelum bertemu denganmu, aku mencoba memperbaiki perangaiku sebaik mungkin, tapi aku takut kau tak sadar bahwa aku pun manusia yang bisa lupa dan berbuat salah. Aku takut. Kamu bukan orang seperti itu, bukan? Bukan, kan?

Oh ya, ada hal-hal yang ingin kusampaikan. Kamu tahu buka bahwa perasaan wanita itu memang tercipta rumit, karena saking rumitnya mereka tak tahu cara menyampaikan apa yang diinginkannya. Jika aku seperti itu, maukah kau menjadi orang yang pertama memahamiku? Kau pun tahu bukan hati wanita itu sensitif sekali, apa-apa langsung dimasukin hati, jika ia tak mampu menahannya maka dia akan berubah menjadi manusia cengeng. Jika aku seperti itu, maukah kau yang pertama menghapus air mataku dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja? Jangan salah, wanita itu juga kadang menjadi pemimpi. Dia bahkan memimpikan banyak hal. Jika aku seperti itu, maukah kau menjadi orang yang pertama kali memberi dukungan padaku? Pasti saja ada waktu saat aku jenuh atau bahkan sedih, maukah kau menjadi orang pertama yang menghiburku? Jika aku salah, maukah kau menjadi orang yang pertama mengingatkan dan membimbingku? Jika aku lemah, maukah kau menjadi orang yang pertama menguatkanku? Apa kau mau? Ah, banyak sekali mauku, bukan?

Untukmu yang kunamai 'Dia' dalam do'a. Sungguh aku tak tahu kamu siapa tapi aku selalu berdo'a agar Allah mudahkan segala urusanmu, lancarkan segala pekerjaanmu. Aku berdo'a agar Allah senantiasa menemani langkahmu. Semoga Allah kuatkan imanmu, teguhkan hatimu, membantumu menjaga hati. Bukankah sulit menjaga organ yang satu ini? Maka dari itu, aku do'akan agar Allah senantiasa memeluk hatimu, membuatmu menomorsatukan-Nya dalam segala hal, menjagamu dari yang tak halal, serta melindungimu dari kelalaian. Akan kudo'akan banyak hal untukmu setelah kudo'akan dua orang yang paling berharga bagiku serta guru-guruku. Pasti akan kudo'akan banyak hal untukmu. Ah, aku jadi penasaran apa kau mendo'akanku di sini? Ah, sudahlah. Semoga jika sulit Allah selalu memberi kemudahan. Aamiin

Oh ya, satu lagi. Bolehkah kau tetap kunamai 'Dia' sebelum sebelum lafadz ijab keluar dari bibir ayahku dan qobul belum terucap dari bibirmu? Boleh, kan?
Dariku, seseorang yang akan kau temui pada masa yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Kuningan, 20 Januari 2020

8 comments:

  1. Subhanallah uhkty wawat๐Ÿค— proud of you, makin sukses ya ukh, doain ayu jga hehe semoga bisa ngikut uhkty wawat dalam berkarya lewat pena hehe๐Ÿค—๐Ÿค— ciuman di udara buat uhkty๐Ÿ˜

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maa Syaa Allah Tabarokallah juga buat ukhti Ayu.. Aku belajar banyak dari ayu... Makasih untuk ciuman di udaranya ๐Ÿ˜Š

      Delete
  2. Maasyaa Allaaaah tewawaaaat.. abdi ngebaca ampe brebesmilih luar daleeem :( Aamiiin teew Aamiiin..♡

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih banyak yang kayanya ini sih Mba otim ๐Ÿ˜…

      Delete
  3. Menyentuh hati sekali isinya, makasih uhkty semoga bukunya cepet beres ๐Ÿ˜‡

    ReplyDelete
  4. Sangat suka. Kisah yang hampir sama, hanya saja, kutak mampu menyusunya serapi Dan sebaik tulisan ini. Menginspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maa Syaa Allah, tabarokallah ๐Ÿ˜Š

      Delete