Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Thursday, December 23, 2021

 

KASIH IBU SETULUS LILIN

Oleh : Diana Pita


Seperti bening embun menitiskan kasih

Pada kuntum 'puspa' nan menyerikan taman

Bakal semarai kelopak segar terali pagar

Ialah beliau, Sang Ibu yang merawat dan menjagaku sedari kecil


Seperti tulusnya lilin yang menyala

Rela terbakar hingga leleh ke punca

Peluh menguras raga, keluh tak dirasa

Demi cita, jua demi cinta pada 'sang buah hati'


Tiada mutiara yang lebih kemilau

Daripada butiran air mata yang menetes di pipinya

Walau selut intan, segunung berlian

Kasih sayangnya tak akan mampu tertandingi


Karena di dalamnya bersemayam 'cinta'

Di bawah telapak kakinya ada 'surga' nan selalu kurindukan

Untukku dan untukmu mengalir selalu kasih sayangnya


Cirebon, 22 Desember 2021


~ @RK_11 ~

Wednesday, October 28, 2020

 



Oleh: Diana


Terkenang sejarah nusantara diciptakan

Gema sebuah sumpah kepemudaan

Diaminkan para malaikat di sisi Tuhan

Satu bahasa, tumpah darah, bangsa diikrarkan


Membahana satukan tekad mengisi perubahan

Lengan baju kaum muda disingsingkan

Harapan memajukan negeri digelarkan

Berkembang di mata dunia, tonggak, kemerdekaan


Pemuda adalah nafas bangsa yang dilahirkan

Laksana benih suci yang tumbuh tuk mengukuhkan

Mengikat erat jiwa, raga, nyawa di ragam kepulauan

Generasi emas bangsa dalam kemuliaan satu tujuan.


Jamblang, 28 Oktober 2020.

Thursday, October 15, 2020

 


Oleh: Diana Pita


Maafkan aku jika mengharapkanmu

Maafkan aku jika menunggumu

Maafkan aku jika yakin kau adalah jodohku

Maafkan aku yang percaya pada mimpi itu


Aku mencintaimu karena Allah

Itulah yang aku rasakan saat ini, sejak awal aku menemukanmu

Jujur, tak bisa kuhilangkan wajahmu dan namamu dalam hati ini,

apalagi saat mimpi itu hadir dalam tidurku

Keyakinanku bertambah kuat,

yakin kau adalah adalah yang terbaik,

kauakan mendampingiku dengan kesetiaan, ketulusan, serta keimanan yang ada di hatimu

Mungkin kaumeragukanku, mungkin kau tak percaya padaku

Tapi maafkan aku jika masih berharap mimpi itu menjadi nyata

Indahnya raut wajahmu, lembutnya tatapan matamu, keteduhan hatimu yang membuatku luluh di hadapanmu


Jika aku boleh berharap, aku ingin mimpi itu menjadi nyata hidup bersama dalam naungan cinta dan ikatan yang diridhoi Allah

Bersama berjuang di jalan-Nya

Aku mencintaimu karena Allah


Ya Allah

Jika benar dia jodohku

Jika aku adalah bagian dari tulang rusuknya yang hilang dengan kekuasaan dan kehendak-Mu,

Maka satukanlah kami dalam ikatan

Dengan jalan terindah dengan cara yang tak pernah kubayangkan sebelumnya


Ya Allah

Karena Engkau aku merindukannya

Karena Engkau aku mencintainya

Karena Engkau aku menantikannya

Karena Engkau aku bertahan dalam rasa sakitnya merindu

Karena Engkau aku terus bertahan dan berharap dalam asa, dan rasa yang tak pernah kutau kapan waktu itu akan tiba


Untuk calon imamku,

Aku masih di sini

Aku selalu ada untukmu

Aku akan tetap menantikanmu

Percayalah aku menantikanmu karena Allah

Takkan kutinggalkan kauhanya karena hal kecil

Kesalahan yang pernah kaubuat padaku,

Aku mencintaimu karena Allah


Cirebon, 8 Oktober 2020

Thursday, October 8, 2020


Untukmu yang tidur mengenakan dasi. Kautahu? Jangankan kita, Masyarakat, bungkus gorengan pun berkelakar menggelar

Tujuanmu, menggemakan pekikkan gagak di tengah malam. Kami akan sampaikan salam rindu dengan puisi dan syair syahdu, teruntuk dirimu, sang Penguasa.


 Indonesia Butuh Cinta yang Merata


Oleh Anni Cahya


Katanya,

Indonesia itu penuh cinta

Ternyata,

Cinta itu tak pernah merata

Cinta hanya untuk yang punya harta

Cinta tak pernah di beri untuk kami, yang tak punya apa-apa

Kami hanya minta cinta yang merata

Agar hidup berdampingan, bisa bahagia bersama-sama


#gagalkanomnibuslaw




Lalim

Oleh : Wawat Qomariyah


Ada apa ini?

Udara pagi berubah suram

Pengap dengan keresahan

Pasalnya malam tadi ada keputusan merugikan

Kebijakan tak karuan baru saja ditetapkan

Catatan sejarah kelam bertambah lagi


Ribuan wajah marhaen terpasang pucat pasi

'Ini pembunuhan' keluh batinnya

Suaranya telah habis menjerit

Sayang, nyatanya mereka terlanjur tuli

Tak mau tahu tentang tangisan anak negeri


Masa bodoh tentang bangsa ini

Toh, kita memang hanya mencari untung

Urusan apa dengan krisis legitimasi

Toh, bangku ini telah diduduki

Peduli apa dengan kesejahteraan rakyat ini

Kenal saja tidak


Nyatanya ibu pertiwi memang sedang bersusah hati

Diinjak dan dikotori oleh puan tuan tak tahu diri

Dulu saja menghamba meminta suara kami

Saat ini, jangankan tepati janji

Keluhan kami saja tak ditepati

Memang tak berfungsi


Suara kami mengawang

Melebur pada pengaharapan tak tercapai

Kami hampir lupa tentang keadilan sosial

Karena kami selalu dirugikan

Saat nyawa kami terancam wabah antah berantah

Dengan sekali tikaman kebijakan brutal

Kaurenggut sisa pengharapan kami

Nafas hidup ini hampir sekarat

Lalu tewas di tanah sendiri


Hingga pada titik kami tahu

Kata 'LALIM' masih terlalu manis

Bagi kalian pembantai bangsa ini


Kuningan, 7 Oktober 2020



Suara Rakyat


Oleh Lukman


Rakyat,

Rakyat,

Suara itu bergema di tengah maraknya virus Korona

Lihatlah kawan, mereka rapatkan barisan tuk melawan

Melawan?

Mereka melawan kedzaliman para pengkhianat rakyat!


Mosi tidak percaya!

Mosi bergerak bak laskar cinta

Mosi hancurkan tahta,

Tahta kedzaliman para penguasa


Adakah secuil cinta di negeriku?

Secuil cinta untuk menyumbat pori-pori kerakusan si Fulan

Hingga kami tahu bahwa negeriku sedang baik-baik saja


Cirebon, 07 Oktober 2020


Sebelum Waktu Memasuki Dini Hari

Oleh: Iskandar


Di bawah cahaya lampu

Mencoba terjemahkan 

Puisi dari rumi

Sebelum waktu

Memasuki dini hari


Sementara wabah belum hilang dari semesta

Sedangkan berita di media

Tentang undang-undang yang baru bagi tenaga kerja

Membuat seluruh lapisan keluarga resah dan gelisah

Seakan kebakaran jenggot


Singkat cerita

Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit sang dokter dengar suara

Seorang

Musisi jalanan

Mendendangkan lagu

Iwan Fals,

"Wakil Rakyat seharusnya merakyat jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil Rakyat bukan paduan suara

Hanya tau nyanyian lagu setuju"


Dalam hati bertanya 

Apakah luna masih tetap sejati pada nabastala

Untuk melayani malam?


Demi shalawat 

Yang terus menerus

Bergema dalam pesantren

Apa warna yang tepat di awal bulan Oktober?


Cirebon, 8 Oktober 2020


Omnibus Law

Oleh Syela MaPurSa


Di sudut malam ...

Mataku belum juga terpejam

Kuambil benda pipih di nakas ranjang

Untuk mengisi waktu luang


Kuhidupkan data dengan kuota malam

Melihat berbagai unggahan yang kini sedang viral

Ternyata trending topik adalah omnibus law


Apa itu omnibus law?

Saat itu yang terlintas di pikiranku adalah peraturan terkait bus

Apakah tarif bus naik lagi?

Ataukah pemusnahan bus?


Tapi ternyata aku salah

Omnibus law adalah RUU yang terkait dengan buruh

Hak hak buruh yang terampas

Oleh oknum yang mementingkan kelas atas


Tak kusangka

Ternyata ada manusia setega mereka

Janji yang diucapkan untuk menyejahterakan rakyat

Apakah mereka tidak ingat?


Untuk mencapai posisi itu mereka membutuhkan suara rakyat

Namun saat telah tercapai mereka malah menghianati rakyat

Bolehkah kusebut mereka manusia bejat?


Rasa kesal ini melanda dada

Terasa menyesakkan mengetahui sikap mereka

Kuberharap semoga Tuhan memberi hidayah

Kepada mereka yang serakah

Agar tak lagi membuat rakyat sengsara


Kututup benda pipih itu

Berdo'a sebelum terlelap

Dengan hati yang penuh harap

Semoga UU itu segera lenyap


Di atas kursi, 08 Oktober 2020

Monday, October 5, 2020



Karya: Rokhmatul Maula


Layaknya senja kaubisa pergi kapan saja.

Rasanya terlalu egois jika memaksakanmu untuk tetap di sini bersamaku

Kauboleh datang dan pergi sesuka hatimu.

Pintu hatiku selalu terbuka untukmu.

Walaupun kaudatang tidak lagi dengan hati yang sama.

Namun, aku senang, karena aku adalah tempat pulangmu walaupun sementara.


05 Oktober 2020



Oleh : Syela MaPurSa


Kepada waktu yang terus berlalu

Aku ingin menyampaikan curahan hatiku padamu


Kemarin itu luang

Kemarin itu ramai

Kemarin itu bahagia

Kemarin itu sehat


Kini kusadari ...

Indah nikmat sehat itu

Walau kumenangis meronta

Kau tak akan kembali menjadi kemarin, bukan?


Wahai waktu ...

Bagaimana rasanya menjadi angin?

Apakah yang ia rasakan ketika berhembus menerjang ruang hampa

Dan apa yang ia rasakan ketika menerjang bangunan


Apakah angin pernah berpikir untuk kembali mengulang masa lalu?



Namun sungguh,

Bukan maksudku untuk kufur

Aku hanya ingin lebih bersyukur

Tanpa melihat ukur


Tengah kamar, 04 Oktober 2020

Saturday, July 11, 2020


Oleh: Lukman Fath

Serdadu muda berhamburan keluar rumah, membawa cangkir-cangkir rindu bagi pemiliknya
Aku hanya bisa terpanah memandang secangkir rindu yang kosong tanpa pemiliknya
Aku berlarian tetapi tak ada kompas yang bisa menuntunku untuk kembali
Surau-surau kota tampak tak bergema untuk menyambutku yang sedang tersesat dalam rindu
Tak ada cangkir yang bisa aku kembalikan lagi, hanya setetes rindu yang membuatku terkekeh tuk berlari

Seruan-seruan malam menyambutku dalam lambung gemerlap dunia
Di pojok kota, aku memandang langit seakan merintih merindu uap-uap doa
Serdadu-serdadu muda di sana, merangkul api dengan syahdunya
Alangkah malang nasibnya, mengembalikan rindu dengan ditukar bara

Salah, bila rindu kaubuat dan ditukar bara
Salah, bila para serdadu muda lebih memilih bara daripada embun di pagi cerah
Aku terkekeh 'tuk membuat skala-skala jalan para serdadu
Kubuatkan ia, sebuah rute-rute ke jalan dengan rambu-rambu norma

Sunday, May 31, 2020



Oleh: Syluchi

Terima kasih kaki
Karena telah melangkah bersamaku
Maafkan juga kaki
Karena selalu menurutiku untuk terus melangkah walau terkadang kaulelah

Dalam suatu waktu
Aku juga kesal padamu, kaki
Karena telah bergerak tanpa keinginanku
Dan akhirnya membawaku bertemu dengan dia

Karena itu aku merasakan segala rasa
Bahagia, sedih, cinta, merana
Dengan itu aku tumbuh dewasa
Terima kasih kaki
Terima kasih Tuhan

Gombang, 31 Mei 2020



Karya : Nurhafidzoh Azrotul Maula (Cahaya Aurora)

Langit pun menangis ketika melihat kaujauh
Jauh dari bayanganku

Teringat ketika kaumasih bersamaku
Merajuk aku untuk melanjutkan mimpiku
Mimpi untuk menjadi seorang perwira

Kenangan itu
Kenangan ketika kautersenyum manis di depan aku
Membuat pipi aku seperti tomat

Aku tersipu malu
Aku rindu kaudengan segala sikap kamu


Jakarta Selatan, 30 Mei 2020
Cahaya Aurora

Saturday, May 30, 2020



Oleh
Dewi Pribadi

Kata mereka aku gila
Karena aku menjatuhkan cinta
Pada dia begitu saja

Kata mereka aku gila
Karena aku jatuh cinta
Pada dia
Tanpa melihatnya harus begini atau begitu

Kata mereka aku gila
Karena dengan tiba-tiba
Aku menjadi sayang
Cinta yang tanpa alasan

Rasa yang tetiba ada
Meski wajahnya tak pernah nampak
Benar mungkin 
Yang kata mereka aku gila
Gila yang membuatku suka dengan sepi
Gila yang membuatku suka dengan hidupku yang sendiri

Kenapa?
Karena selalu ada dia 
Karena selalu ada dia duduk
Di sudut hati yang kerap kulatih
terbiasa dengan sunyi
Karena dia terjaga dalam peluk
rasa yang biasanya sepi

Kata mereka aku gila
Karena aku sangat mencintai dia
Dan bahkan aku sering menangisinya tanpa perlu ada alasan sesal ini dan itu

Kata mereka aku gila
Merindukan dia sampai membabi buta

Kata mereka aku gila 
Karena dia
Aku bisa dengan tiba-tiba menjadi orang yang berseri-seri

Dan,
Kata mereka aku gila
Karena dia ada  doa yang selalu setiap hari  tanpa kurencanakan

Satnight, 19.00
Mei, 2020

Thursday, May 28, 2020



Ibu Pertiwi memanggilku dengan abjad ganjil

Pekikan semesta merobek harapan mentari ‘tuk terus bersinar

Raja-raja terdiam dalam kekalutan bercampur gundah asam garam

Dilihat dari mana pun, bumi ini sedang berteriak dan berselimut sendu

Saking senduhnya, langit enggan meneteskan air matanya ke bumi

Tuhan, inikah yang dimaksud ayatMu yang Agung

Kami terpisahkan oleh ruang dan kekalutan

Lembah-lembah buah anggur kami

Berganti ilalang dan rumput liar

Tidak ada kami di dalamnya

Yang ada hanyalah tangisan

Semesta dan Ibu Pertiwi

Tanpa tetesan air mata

Air mata semesta sudah habis duhai tuan dan puan

AyatNya sudah nampak bertengger nan gagah di langit sana

Kita hanya menunggu waktu untuk kembali padaNya

Dan benar-benar bersandar pada ayat-ayat dan kembali di jalanNya

 

 

Lukman Fath

Cirebon, 28 Mei 2020

 

 


Monday, April 20, 2020

Sumber gambar: http://islamkafah.com

Oleh: Iskandar

Di kampungku
Kalau ada seseorang
Yang selalu sendirian, kesepian, dan dalam kesunyian
Melewati hari
Tanpa ada drama
Yang menemani 24 jam waktu
Di dalam hidupnya
akan disebut orang gila

Di desaku
Kalau ada orang
Yang terus diam di tengah keramaian
Tanpa ada kata
Yang keluar dari mulutnya
Akan disebut orang tidak normal

Di tanahku
Kalau ada seorang pria
Yang selalu memandang perempuan
Yang sudah jadi pengantin
Akan disebut porno, (pria goblog berakal purba)

Di lingkunganku
Kalau ada orang
Yang berjalan melewati orang tua
Tanpa ada senyum, sapa, dan menundukan kepala
Akan disebut
Orang tak berpendidikan

Di halamanku
Kalau ada orang
Yang terus tertawa di jalan
Tak pernah berhenti sambil berjingkrak-jingkrak
Tanpa ada komedi
Di layar kaca kehidupan
Akan disebut orang stress

Cirebon, 20 April 2020

Thursday, April 16, 2020


Oleh: Attuna

"Kapan mau menyusul?"
Pertanyaan kalian yang sangat tidak inginku dengar.

Hentikanlah.
Ini bukan sekedar permasalahan usiaku yang sudah cukup atau belum,
Ini bukan sekedar permasalahan aku yang sudah memiliki pasangan atau belum,
Ini bukan sekedar permasalahan orang tua sudah merestui atau belum,
Ini bukan sekedar permasalahan sudah ada biaya atau belum,
Ini bukan sekedar permasalahan aku sudah siap berganti status atau belum,

Kalian tidak tahu seberapa terganggunya aku dengan pertanyaan itu.
Sekali lagi, hentikanlah.

Subang, 16 april 2020

Wednesday, April 15, 2020

Oleh: ~Syluchi


Kubasuh luka dengan air mata
Entah sudah berapa kali aku ternganga
Melihat hasil yang kuterima

Jiwa ini ingin meronta
Namun apa daya?
Aku tak bisa apa-apa

Ingin menerima
Tapi terlalu sakit
Lalu harus apa
Agar bisa bangkit

Ingin berharap bahwa itu hanya sedikit kesalahan semata
Tapi itu hanya mimpi yang tak akan menjadi nyata
Karena ini bukanlah alam maya
Yang bisa dihapus lalu diulang seenaknya

Gombang, 15 April 2020

Sunday, March 22, 2020



Oleh: Lukman

Bukan soal tabiat yang kubicarakan padamu, wanita
Mengenai hati seorang lelaki yang bak ruang hampa
Namun bila kautahu sejatinya, ruang hatimu bak labirin tanpa peta
Semakin kumencintaimu, semakin diriku tersesat di dalamnya

Bicara soal tabiat, seorang lelaki adalah lambang dari kegigihan
Bak bumi yang tak pernah letih mengitari mentari
Begitulah tabiat kami, tetapi tabiatmu bak lukisan abstrak ternama
Tak beraturan, tanpa rumus, tetapi bermakna amat tak ternilai

Bak lukisan awan yang begitu indah nan mempesona
Perangaimulah, keindahan alam semesta yang hadir di dekatku
Seabstrak apa pun dirimu, kautetap maha karya nan tak ternilai
Bila pun, kusandingkan dirimu dengan lukisan lainnya
Kautetap keabstrakan yang tak pernah sama di mataku semata


Cirebon, 16 Maret 2020

Friday, March 6, 2020


Oleh: Lukman

Berjuang adalah hak setiap insan
Berjuang bukan berarti mencari yang instan
Tak ada hasil instan yang bertahan dalam keabadian
Karena keabadian hanya milik para pejuang

Kala insan memperjuangkan haknya, di situlah rahmat Tuhan mengiring langkahnya
Hujan keberkahan senantiasa mengganti kucuran keringatnya
Kalau saja ada serbuan laskar-laskar pendusta
Sangkurnya telah siap teracungkan

Bukan soal kalah atau pun menang
Namun, yang kita persoalankan adalah harga dari sebuah perjuangan
Buat apa berjuang, kala tercampur darah pecundang
Acungkan sangkurmu! Mati atau menyesal dalam darah pecundang

Cirebon, 05 Maret 2020

Sunday, February 23, 2020


Oleh : Syluchi

Pagi ...
Embun bersiap pergi
Namun tidak dengan diri ini
Yang akan terus menanti

Siang ...
Tak ada rumput yang bergoyang
Yang ada hanya kisah kita yang semakin lama semakin usang

Malam ...
Mentari telah tenggelam
Surat itu masih kugenggam

Hari ...
Walau terus berganti
Kau masih dalam hati

19 Februari 2020

Sunday, February 9, 2020


Oleh Syluchi

Rambut panjang memerlukan shampo yang lebih banyak
Semakin panjang, semakin banyak shampo yang digunakan
Begitu pula hidup,
Semakin panjang hidup, makin banyak juga dosa atau pahala yang diperbuat
Lalu, selama kita hidup mau mengerjakan apa?

Cirebon, 4 Februari 2020

Tuesday, January 21, 2020

Sumber gambar: Pojoksatu.id

Oleh: Lukman Fath

Kali ini tubuhku telah hancur,
Sukmaku lebur bersama deruh angin malam
Aku bisa apa? Selain terpuruk dan sendu

Boleh saja dunia menjunjungku,
Sejatinya aku telah mati
Mati dengan hasrat ini 
Terkoyak batinku, meronta-ronta tak terdengar

Aku? Terkurung dengan ideologi dan idealisme sesat
Tak bisa memilah, siapa aku, kamu, amalku. Mati
Aku takut sendiri
Karena saat itu sukma adalah bejana keji dan mungkar
Aku benar-benar takut

Egoisme lebih agung daripada ajakan hati
Hatiku meringis, tergoncang sudah
Hei!
Tolong aku
Gapai tanganku yang legam ini

Lumpuhkan, lunturkan, bila perlu bunuh!
Bunuh kesunyian ini, duhai kekasih aku telah mati!
Bukan gugur bak patriot tapi aku mati bak binatang jalang
Kabarkanlah kematianku

Cirebon, 20 Januari 2020

Monday, January 20, 2020


Oleh : Wawat Qomariyah

Untukmu yang kunamai 'Dia' dalam setiap do'aku. Maaf aku tak pernah tahu namamu. Jangankan tahu untuk sekadar mengira saja aku tak mampu. Barangkali, mengeja namamu adalah hal tersulit untuk saat ini. Jadi, biarlah kunamai kamu dengan nama 'Dia' dalam setiap do'aku. Biar kelak Allah saja yang mengejakan namamu untukku.

Mengetahui tentangmu adalah hal yang membuatku begitu penasaran. Saat menerka seperti apa rupamu, bagaimana perangaimu, apa yang mungkin kita bicarakan saat bertemu kelak, membuatku tersenyum sendiri. Apakah kelak kau selembut Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, setegas Sahabat Umar bin Khattab, sedermawan Sahabat Utsman bin Affan, ataukah secerdas dan seberani Ali bin Abi Thalib? Ah atau akhlakmu cerminan dari pribadi Rasul yang mulia. Aiiih, harapanku tinggi sekali, bukan? Ah, aku kan hanya menebak, barangkali saja walau memang aku pun sadar diri. Siapa aku memangnya? Atau aku mengahayalkan kau itu bak tokoh pada novel-novel yang membuat luluh para pembacanya. Seperti Mas Fahri yang kecerdasannya tak diragukan, Mas Azzam yang kesabarannya tak disanksikan, Mas Ayyas yang Keimanan sungguh mengagumkan, atau Mas Fahmi yang kesetiaan betul-betul menawan. Aiiih, lagi-lagi aku pikir aku siapa? Tapi, jika kudo'akan agar kau seperti itu tak apa bukan? Tentu, aku pun akan coba memantaskan. Tak mungkinkan jika kau telah sebaik itu lalu bersanding denganku yang seperti ini?

Aku juga menerka bagaimana cara kita bertemu kelak. Aku penasaran apakah kita ditakdirkan seperti Sahabat Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah puteri Rosul yang terkasih, yang telah dipertemukan sejak kecil? Atau, seperti Nabi Yusuf as dan Zulaikha yang katanya dipertemukan lewat mimpi? Atau kita pernah bertemu sebelumnya, namun sama-sama tak mengenal dan tak saling sapa? Atau, kita memang belum pernah bertemu sama sekali? Ah, siapapun kamu, bagaimanapun cara kita bertemu aku hanya berharap pertemuan antara kita adalah pertemuan yang diridhai-Nya.

Aku pun penasaran, seberapa lama waktu yang kau butuhkan untuk tiba di depan rumahku dengan membawa kesiapan dan niat yang baik. Kadang aku tersipu sendiri memikirkan hal ini. Tapi wajar saja, bukan? Tanyakan saja coba pada wanita-wanita yang usianya menginjak usia ini, sedikitnya sekali pasti mereka memikirkan akan hal ini. Aku tak salah bukan? Ah, untuk waktu yang seberapa lama itu, aku tahu ini sulit untukmu. Meyakinkan hatimu, memantapkan langkahmu, pun menguatkan tekadmu, aku tahu itu sama sekali bukan hal yang mudah. Belum lagi jika mungkin kau berpikir tentang tanggung jawab yang akan kau pikul. Bukankah kau juga perlu persiapan ekstra untuk itu?

Ada satu hal yang kutakut dalam hal ini, aku sangat takut kau kecewa mendapatiku yang seperti ini. Aku takut kau tak bisa menerimaku apa adanya. Aku takut kau tak mampu sabar dengan perangai-perangai burukku. Aku takut kau jengkel dengan cerewetku, ngambekku, cengengku. Aku takut kau tak tahan dengan marahku, diamku, atau bahkan sifat manjaku. Atau kau tak suka lagi denganku, dengan rupaku. Aku sangat takut. Sungguh jauh sebelum bertemu denganmu, aku mencoba memperbaiki perangaiku sebaik mungkin, tapi aku takut kau tak sadar bahwa aku pun manusia yang bisa lupa dan berbuat salah. Aku takut. Kamu bukan orang seperti itu, bukan? Bukan, kan?

Oh ya, ada hal-hal yang ingin kusampaikan. Kamu tahu buka bahwa perasaan wanita itu memang tercipta rumit, karena saking rumitnya mereka tak tahu cara menyampaikan apa yang diinginkannya. Jika aku seperti itu, maukah kau menjadi orang yang pertama memahamiku? Kau pun tahu bukan hati wanita itu sensitif sekali, apa-apa langsung dimasukin hati, jika ia tak mampu menahannya maka dia akan berubah menjadi manusia cengeng. Jika aku seperti itu, maukah kau yang pertama menghapus air mataku dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja? Jangan salah, wanita itu juga kadang menjadi pemimpi. Dia bahkan memimpikan banyak hal. Jika aku seperti itu, maukah kau menjadi orang yang pertama kali memberi dukungan padaku? Pasti saja ada waktu saat aku jenuh atau bahkan sedih, maukah kau menjadi orang pertama yang menghiburku? Jika aku salah, maukah kau menjadi orang yang pertama mengingatkan dan membimbingku? Jika aku lemah, maukah kau menjadi orang yang pertama menguatkanku? Apa kau mau? Ah, banyak sekali mauku, bukan?

Untukmu yang kunamai 'Dia' dalam do'a. Sungguh aku tak tahu kamu siapa tapi aku selalu berdo'a agar Allah mudahkan segala urusanmu, lancarkan segala pekerjaanmu. Aku berdo'a agar Allah senantiasa menemani langkahmu. Semoga Allah kuatkan imanmu, teguhkan hatimu, membantumu menjaga hati. Bukankah sulit menjaga organ yang satu ini? Maka dari itu, aku do'akan agar Allah senantiasa memeluk hatimu, membuatmu menomorsatukan-Nya dalam segala hal, menjagamu dari yang tak halal, serta melindungimu dari kelalaian. Akan kudo'akan banyak hal untukmu setelah kudo'akan dua orang yang paling berharga bagiku serta guru-guruku. Pasti akan kudo'akan banyak hal untukmu. Ah, aku jadi penasaran apa kau mendo'akanku di sini? Ah, sudahlah. Semoga jika sulit Allah selalu memberi kemudahan. Aamiin

Oh ya, satu lagi. Bolehkah kau tetap kunamai 'Dia' sebelum sebelum lafadz ijab keluar dari bibir ayahku dan qobul belum terucap dari bibirmu? Boleh, kan?
Dariku, seseorang yang akan kau temui pada masa yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Kuningan, 20 Januari 2020