Oleh : Wawat Qomariyah
“Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dari sejarah. Menulis adalah untuk keabadian”
(Pramoedya Ananta Toer)
Kutipan tadi sengaja saya simpan pada permulaan tulisan ini. Maknanya sederhana, sekedar sebagai batu loncatan pertama untuk membentuk sebuah kerangka berpikir yang sejalan dengan judul yang saya pilih. Mengapa kita harus menulis? begitu kiranya judul di atas. Pertanyaan itu sama dengan ngapain sih nulis? buat apa sih nulis? emang apa pentingnya nulis? atau mungkin ada pertanyaan yang sedikit lebih berkelas seperti apa urgensi menulis? Jika kita kaji makna kutipan dari Pramoedya Ananta Toer ini, sebetulnya manusia tidak akan menjadi apa-apa sehingga dia menulis. Sepandai apa pun dia, sehebat apa pun dia, sesukses apa pun dia, jika ia tak pernah menulis hanya soal waktu dia akan hilang, namanya akan hilang, jasanya akan hilang, lalu tak dikenal.
Bicara soal menulis berarti bicara soal investasi jangka panjang, bukan hanya untuk hari ini, esok, dua atau tiga tahun ke depan tapi ini berbicara tentang jangka waktu yang tak terbatas bagai siklus air yang terus berputar tak ada hentinya. Dari mana kita mengenal ulama-ulama terdahulu jika bukan lewat karya dan ilmunya? Adakah seseorang di zaman sekarang yang pandai ilmu matematikanya karena bertemu langsung dengan Al-Khawarizmi? Atau seseorang yang ahli dalam ilmu kedokteran saat ini yang berguru langsung pada Ibnu Sina? Orang-orang mengenal Syeikh Nawawi al-Bantani dari kitab Safinatun Najah-nya, Imam Al-Ghozali dengan Ihya ‘Ulumuddin-nya, Imam Syafi’i dengan kitab Al-Umm-nya, Badiuzzaman Sa’id Nuri dengan Risalah Nur-nya, dan masih begitu banyak lagi. Hebatnya mereka, melewati masa yang begitu panjang. Namun, orang-orang masih mengingatnya. Begitu gambarannya kira-kira.
Pernah mendengar pribahasa gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama? Pribahasa ini begitu familiar, bukan? Tapi apa pernah menyelami maknanya? Nama yang manusia tinggalkan tak hanya sebatas nama, bisa saja seorang yang banyak jasanya, banyak berbuat baik, lalu ia pergi meningglakan nama tetapi tak ada satu pun tulisan yang mencatatnya dan hanya berdampak dalam benak orang-orang di sekitarnya. Hanya soal waktu namanya, jasanya, kebaikannya, akan luruh dan menghilang seiring perginya orang-orang yang mencatat namanya hanya dalam benak. Tak ada jejak yang ditinggalkan, tak ada jalan untuk mengenal, tak ada tulisan untuk mengabadikan.
Bud Gard mengatakan bahwa ketika kamu bicara kata-katamu hanya bergaung ke seberang atau sepanjang koridor, tapi ketika kamu menulis kata-katamu bergaung sepanjang zaman. Ini bukan perihal popularitas, tapi ini tentang seberapa berarti hidup kita. Saya sangat tertarik dengan buku karya Ahmad Rifa’i Rif’an yang berjudul “Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati”. Hidup di dunia ini memang benar hanya sekali lalu mati, lalu perihal berarti ini yang jadi bahasannya. Bagaimana agar hidup kita berarti? Seberapa berarti hidup kita? Seberapa besar pengaruh positif yang kita berikan sehingga dikatakan berarti? Menulis adalah salah satu jalan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Menulis dapat menggaungkan kata-kata yang tak terbatas ruang dan waktunya, pun siapa yang menerimanya. Jika ditilik dari segi spiritual anggap saja menulis adalah amal jariyah sebagai proses dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan berharap selanjutnya jadi ladang amal bagi kita. Minimalnya sekali seumur hidup kita pernah menulis satu buku atau menulis suatu tulisan yang berguna dan berdampak sepanjang masa.
Selain untuk keabadian dan memberi positive effect menulis juga berguna sebagai kegiatan mengasah pola pikir kritis, menguji perbendaharaan kata, meningkatkan daya kreatifitas dan tentu melatih kemampuan diri. Orang yang biasa menulis pasti memiliki wawasan yang luas, karena untuk mengasah kemampuan menulis harus selaras dengan besarnya minat baca. Dengan menulis kita mampu menyelami berbagai kehidupan, masuk ke berbagai dunia dan mendalami berbagai profesi. Dengan menulis seharusnya memberi ruang lebih luas bagi kita untuk mengemukakan gagasan, memberi motivasi, dengan menuangkan ide.
Setelah pertanyaan mengapa kita harus menulis. selanjutnya, jika kita harus menulis bagaimana caranya? Sebetulya ini yang menjadi kendala terbesar untuk orang-orang yang ingin memulai menulis. Tidak sedikit orang yang ingin menulis tetapi tak tahu hal apa yang ingin dituliskan atau bagaimana cara memulainya. Oleh karena itu, saya akan berbagi beberapa tips menulis.
1. Perbaiki Niat
1. Perbaiki Niat
Niat menjadi hal paling penting saat akan memulai suatu pekerjaan karena niat yang akan menentukan hasil dari suatu pekerjaan, baikkah atau burukkah. Niat pulalah yang menjadi tolak ukur lancar atau tidaknya suatu pekerjaan. Maka dari itu, niat menjadi hal paling urgen sebelum melakukan suatu aktifitas apapun. Baiknya hasil ditentukan oleh niat yang baik begitu pun hasil yang buruk bisa terjadi karena niat yang buruk.
2. Banyak baca
Banyak orang yang ingin bisa menulis tetapi mengesampingkan pentingnya membaca. Waktunya melulu dipakai untuk menulis tanpa mengisi keilmuan dengan membaca. Lalu kira-kira bagaimana hasil tulisannya? Sekelas tulisan fiksi pun harus disertai ilmu-ilmu nyata seperti saat kita menulis dengan backgraund kesehatan, maka kita harus menulis dengan benar tentang ilmu-ilmu kedokteran di dalamnya. Maka akan mustahil seorang penulis hebat terlahir dari orang-orang yang malas baca.
3. Find Your Passion
Apa itu passion? Passion adalah kosa kata dalam bahasa inggris yang artinya gairah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gairah berarti hasrat atau keinginan yang kuat. Ketika seseorang telah ada passion dalam diri yang berarti gairah pada suatu hal biasanya orang itu mempunyai kecenderungan untuk mengetahui lebih dalam tentang hal tersebut dan akan dihantui rasa penasaran dan antusias yang luar biasa pada hal tersebut. Passion juga bisa berarti kegemaran. Sebelum menulis kita harus tahu di mana minat menulis kita, genre apa yang membuat kita lebih bergairah dalam menulis soal sastra fiksikah, pusikah, artikel, jurnal, esai, dan jenis tulisan lainnya. Lalu esensi dari tulisan kita juga perlu diperhatikan, misal seseorang menyukai artikel tentang kuliner atau travelling lalu dia cenderung menulis seputar itu.
4. Follow Your Passion
Setelah kita mengetahui di mana gairah menulis kita, langkah selanjutnya adalah mengikuti insting alamiah pada suatu yang menjadi kecenderungan kita. Dalami setiap detailnya, pelajari setiap ilmunya, lalu coba cari referensi yang sesuai. Misal seseorang cenderung menyukai essai politik maka ia harus mulai mendalami tentang politik, memepelajari ilmu politik, lalu mencari referensi yang sesuai dengan politik. Dengan mengikuti passion kita, sejatinya itu akan mempermudah dalam menentukan jenis tulisan apa yang akan kita tulis dan bahasan apa yang akan kita bahas.
5. Mulailah Menulis
Setelah melewati empat tahap tadi tahap selanjutnya adalah mulailah menulis. Tulis apa saja yang terlintas di benak kita. Abaikan pikiran-pikiran bagus atau jelekkah tulisan saya, betul atau tidakkah tulisan saya, suka atau tidakkah orang-orang pada tulisan saya, tulis saja apa yang mampu kita tulis. Jika pikiran-pikiran tadi yang menjadi tolak ukurnya maka sampai kapan pun kita tak bisa menghasilkan satu tulisanpun. Biarkan jemarimu bergerak tanpa dikungkung peraturan apa pun. Rumus terpeting dalam menulis adalah, bukan menunggu mendapat inspirasi baru menulis tapi menulislah maka kau dapat inspirasi.
6. Evaluasi
Proses evaluasi tulisan harus dilakukan di akhir proses menulis, jika dilakukan di pertengahan maka akan muncul pikiran yang sebegaimana telah disebutkan dalam poin sebelumnya. Buruknya jika hasil dari evaluasi tuisan kita jelek maka biasanya kita enggan melanjutkan tulisan kita, lalu terbengkalai begitu saja. Oleh karena itu, proses ini ditempatkan pada proses finishing.
7. Publikasikan
Sulit sekali memang menanamkan perasaan percaya diri pada penulis pemula untuk mempublikasikan karyanya. Namun, hal ini penting untuk mendapatkan feedback berupa masukan atau kritikan dari sebagai poses perbaikan karya tulis kita selanjutnya.
Menulis itu sebetulnya hal asyik yang jarang orang ketahui. Kau tahu? Dengan menulis kita bisa menjadi siapa pun, dengan menulis kita bisa mengatakan apa yang tak bisa lisan ucapkan, dengan menulis kita bisa memilih kehidupan, seperti yang saya katakan sebelumnya, dengan menulis kita mampu menyelami berbagai kehidupan, masuk ke berbagai dunia dan mendalami berbagai profesi. Jadi, apa yang membuatmu masih ragu untuk menulis?
Masya Allah, alhamdulillah sangat bermanfaat sekali kak.
ReplyDeleteMasya Allah, alhamdulillah sangat bermanfaat sekali kak.
ReplyDeletebagussss
ReplyDeleteLike
ReplyDeleteLuar biasa ka
ReplyDelete