Tuesday, November 12, 2019

Kakek Suhendri Pejuang Oksigen


Oleh Lukman Fath

Usia bukanlah sebuah tolak ukur dalam memadamkan tekad untuk menyelamatkan dunia. Karena sejatinya dunia adalah sebuah titipan, dan bukan sebuah warisan. Namun, manusia sedikit yang menyadari akan hal tersebut, malah cenderung mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan demi memenuhi hasrat dan kemauannya saja. Tidak peduli dampak besar apa yang kelak akan diterima oleh anak cucunya atau bahkan dirinya sendiri.

Hal yang berbeda telah dilakukan oleh seorang kakek berusia 78 tahun dari Kutai Kartanegara, Kalimantan timur. Namanya adalah kakek Suhendri. Beberapa pekan lalu dirinya sempat viral di media massa. Di usia yang sudah senja, rupanya tak pernah menyurutkan tekadnya untuk tetap menjaga dan memperjuangkan ketersedian oksigen di kotanya. Dengan membuat hutan buatan di tanah miliknya, diharapkan mampu memberikan oksigen yang cukup untuk masyarakat sekitar.

"Hutan untuk manusia...." Kata Suhendri

Di era industri 4.0 seperti ini, peranan hutan sangatlah penting. Pepohonan yang mulai sedikit karena digantikan oleh bangunan pabrik-pabrik industri, baik yang kecil maupun besar. Membuat ketersediaan oksigen  di bumi mulai berkurang. Oksigen sendiri adalah zat yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk bernapas, khususnya manusia. Zat ini tercipta dari proses fotosintesis tumbuhan/pepohonan, di mana pohon mengikat karbon dioksida melalui stomata, kemudian diproses menjadi oksigen dan karbohidrat.

Karbon dioksida adalah racun yang dikeluarkan oleh tubuh manusia dan beberapa hewan. Dapat dibayangkan apabila penduduk bumi semakin membeludak dan lahan hutan digunduli untuk tempat tinggal mereka. Berapa banyak racun karbon dioksida memenuhi bumi ini tanpa ada pohon yang dapat mengubahnya menjadi oksigen. Selain dapat meracuni tubuh, dampak dari karbon dioksida adalah efek rumah kaca. Suhu bumi akan terus naik, dan bukan tidak mungkin kelak penduduknya akan terpanggang dan terbunuh dari efek rumah kaca.

Manusia hanya pandai merusak ekosistem. Dan sedikit sekali yang peduli bagaimana kelak nasib keturunannya di masa depan. Karena sering beranggapan bahwa bumi ini adalah warisan nenek moyang, padahal itu kurang benar. Bumi ini adalah titipan dari Tuhan untuk anak cucu manusia.

Setidaknya, kakek Suhendri memberi sebuah cambukan bagi manusia bahwa bumi ini harus dijaga. Dan ketika alam dijaga maka akan menguntungkan bagi manusia itu sendiri. Kakek Suhendri bukan manusia biasa, pemikirannya telah menembus ruang dan waktu. Manusia sepertinya yang akan menyelamatkan dan mencegah bumi dari kehancuran dan kepunahan penduduknya secara cepat. Kalau bukan dari manusia itu sendiri, siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikan alam di bumi? Mari selamatkan bumi. Cegah kehancuran bumi dengan menjaga keseimbangan alam.

No comments:

Post a Comment