Sunday, May 3, 2020

MENIUPKAN RUH PADA TULISAN




Write to life, begitulah slogan yang dimiliki UKM PENA IAI Bunga Bangsa Indonesia. Menulis adalah kegiatan yang tak pernah terlepaskan dari membaca. Semakin banyak membaca, maka tulisan akan begitu kaya dengan pengetahuan. Penulis sendiri, merupakan dalang utama dari apa yang ditulisnya. Menulis dapat membuat menjadi orang lain dalam kisahnya. Namun untuk menghidupkan sebuah tulisan terkadang sulit bagi seorang penulis, apalagi penulis pemula.

Berangkat dari filosofi “Write to Life” maka pada tanggal 25 April 2020 pukul 21-00 sampai selesai, PENA IAI Bunga Bangsa Cirebon mengadakan kajian menulis yang bertema “Meniupkan Ruh Pada Tulisan.” Dengan pemateri yang sudah tak asing lagi dalam bidang tulis menulis serta sangat dikenal khususnya dalam Forum Lingkar Pena “Rafif Amir”.

Kajian yang berlangsung secara daring via WA tak terbatas untuk mahasiswa akan tetapi terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya alias gratis. Peserta kajian umum ini berasal dari seluruh Indonesia. Kajian yang dipandu oleh Lukman yang merupakan Ketua PENA IAI Bunga Bangsa Cirebon berlangsung sangat khidmat dan penuh antusias.

Kajian diawali dengan dibuka oleh pemandu acara yang memperkenalkan pemateri kemudian mengirimkan link materi di mana harus dibaca oleh peserta dalam beberapa menit. Setelah itu sesi tanya jawab yang dibuka menjadi 2 sesi dengan 3 pertanyaan dari setiap sesinya. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta berkaitan dengan “Meniupkan Ruh Pada Tulisan” ada beberapa poin penting yang dikemukakan oleh narasumber, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Percaya Diri
Memang amat sulit untuk menumbuhkan kepercayaan diri, tetapi bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk mendapatkannya. Kepercayaan diri merupakan hal yang wajib dimiliki bagi semua penulis. Bang Rafif Amir mengatakan bahwa tuliskan apa saja yang dirasakan secara bebas tanpa harus pedulikan pendapat orang lain. Tak perlu memikirkan tulisan akan ditertawakan atau tidak, tak perlu pedulikan tulisan kita baik/tidak, maka menulislah dengan apa yang kita rasa, dengar, dan lihat. Tunggu apalagi, menulislah dan curahkan segalanya dalam kertas atau layar laptopmu. So, be confident.

2. Perkaya Diri
Rafif Amir mengatakan bahwa menulis itu harus terus berlatih sambil terus mengkayakan diri, kalau kita kaya, maka yang keluar tak lain adalah intan permata. Seorang penulis perlu memperkaya dirinya dengan banyak membaca, banyak berbuat baik, banyak belajar. Memperkaya diri juga dapat dilakukan dengan berbagai cara dana salah satunya adalah berbagi pengalaman dengan orang lain. Dengan memperkaya diri maka kita akan dapat menarik hikmah dari apa saja yang dilihat, rasakan, dan dengarkan dari bacaan tontonan atau sosmed.

3. Kreatif dan Imajinatif
Yang dikemukakan oleh Rafif Amir, pada awal menulis kita gunakan daya kreatif dan imajinatif yang kita punya. Jika hal yang ditulis adalah sebuah pengalaman maka curahkan emosi dalam menulis baik itu rasa bahagia, marah ataupun sedih. Hadirkan Kembali sensasi emosi yang pernah dialami lalu abaikan yang tidak pas dahulu, dan hindari menulis hapus, menulis hapus.

4. Bahagia, yes! Galau, no!
Menurut Bang Rafif hidup itu jangan dibikin galau terus. Memang betul. Menyenangkan diri sendiri membuat atmosfer pikiran kita jadi lebih tenang. Kalau kita terus terperangkat dalam lembah galau, pasti dijamin 1 abad pun tak akan cukup untuk membuat 1 lembar karya. Buatlah bahagia diri sendiri. Ada sebuah kata mutiara yang diungkapkan oleh penulis ternama, yaitu Asma Nadia bahwa yang paling bertanggung jawab membuat bahgia adalah dirimu sendiri.

5. Yuk, nulis aja dulu!
Jangan pernah berharap kesempurnaan pada saat awal menulis karena itu hanya akan merusak percaya dirimu dalam menulis. Itu semua berlaku pada jenis tulisan fiksi maupun nonfiksi. Untuk menulis nonfiksi proposal skripsi misalnya. Buat saja abstrak secara bebas, sementara abaikan sistematika penulisan, tak harus menulis berurutan dari bab 1 sampai bab akhir. Kita bisa saja mulai dari bab 3 atau bab 2 dulu. Karena kita tidak tahu ide yang menarik itu bisa datang secara random dengan begitu saja. Rafif Amir mengataka bahwa seorang Budi Dharma pun tidak selalu menulis dari awal, bisa dari tengah atau bahkan dari ending terlebih dahulu. Jadi, nulis aja dulu ya.

6. Menulis dengan Hati
Pepatah mengatakan bahwa semua yang dari hati akan tersampaikan ke hati pula. Maksudnya adalah tulisan kita akan greget dan mantap dibaca apabila ditulis dengan sepenuh hati. Percayalah, banyak penulis yang sampai terisak dalam menulis karyanya. Alasanya hanya satu yaitu ia ingin menyampaikna isi hatinya kepada pembaca. Biarkan imajinasi yang dibuat oleh hati kita tercipta dan tertaungkan dalam karya menakjubkan nanti.

7. Stay Focus
Bagaimana ciri fokus itu? Kalau kata Bang Rafif Amir ciri fokus adalah kita mengarahkan pikiran pada apa yang ingin kita tulis. Bahkan dalam keramaian sekalipun jika fokus maka kita akan tetap bisa memikirkan/berkhayal sesuatu  Jika menemukan inspirasi dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk menulis seperti saat berkendara, atau di perempatan lampu merah maka berhentilah sejenak karena menulis itu jangan dinanti-nanti, segerakan dan tetap fokus agar tulisanmu tidak berubah jadi ambyarrrrr. Hehehe…

Nah… seperti itulah yang bisa saya ambil dari kajian menulis umum PENA IAI Bunga Bangsa Cirebon. Lumayan panjang juga ya saya bicara eh ga deng maksudnya ngetik. Mari kita mainkan luapan hati ketika sedang menulis. Rasakan dan bayangkan tulisan kita menari-nari di setiap sudut perasaan yang belum pernah ada sebelumnya. Lalu, kirimkan pesan cinta kita kepada para pembaca dan kemaslah secara apik. Pastikan pembaca akan menerima isi hati kita dengan baik. Semoga bermanfaat. Ketemu di ulasan selanjutnya ya. Bye bye. Stay safe ya temen-temen. Salam Literasi.

Oleh: Dewi Pribadi
Cirebon, 2020.

3 comments:

  1. Mencerahkan ya.. emang ya dengan menulis, mau gak mau kita akan selalu dituntut untuk memperluas wawasan

    ReplyDelete
  2. "Keberanian dan rasa takut adalah dua rahmat yang saling melengkapi. Engkau tak akan tumbuh tanpa keberanian, dan engkau tak akan selamat tanpa rasa takut. Maka, beranikanlah dirimu saatnya engkau merasa takut. Tapi, belajarlah untuk merasa takut, saat engkau merasa berani. Begitupun dalam kehidupan ini saling berlawanan atau berpasangan, ada pria dan wanita, panas dan dingin,kuat dan lemah dan seterusnya. Demikian pula dengan menulis akan mengenal atau tidak dirimu, dalam peradaban di masa depan nantinya, dan itu kuncinya ada padamu.(terimakasih pena IAI BBC jaya selalu)

    ReplyDelete
  3. terima kasih kepada sahabat Pena yang selalu mendukung karya-karya kami.

    ReplyDelete