Thursday, October 20, 2022

TERUNTUK NENEK KAMI TERSAYANG, BAHAGIALAH ENGKAU DI SYURGA-NYA

TERUNTUK NENEK KAMI TERSAYANG, BAHAGIALAH ENGKAU DI SYURGA-NYA
Oleh : @diiana.rembulan_11

Telah lama kita tidak bersua, sudah tujuh tahun lamanya setelah engkau meninggalkan dunia. Kepergianmu menyisakan kesedihan nan teramat dalam bagi kami keluarga tercintamu yang ditinggalkan. Saat ini bagaimana kabar nenek di sana? Apakah nenek baik-baik saja di sana? Aku harap, saat aku menuliskan tulisan ini, nenek sedang tersenyum sembari ditemani oleh malaikat syurga.

Nek, masih ingatkah dahulu di kala nenek gemar menjahitkan bajuku? Yah, baju yang nenek  jahit sendiri. Hingga nenek rela terjaga dan tertidur pulas demi menjahitkan baju untukku. Bahkan nenek juga selalu mengajarkanku untuk menjahit. Masih ingatkah dahulu, ketika aku pulang sekolah engkau selalu menyiapkan makan siang untukku sebagai bentuk kasih sayangmu. Aku rindu dengan usapan tangan nenek yang selalu membelai lembut kepalaku. Rindu dengan candaan ringan yang selalu nenek lontarkan di momen-momen bahagiaku. Bahkan, aku rindu saat nenek memberiku nasihat yang begitu menyentuh. Pun, aku rindu dengan dongeng singkat nenek sebelum aku tertidur pulas perihal 'Zaman Indonesia Di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang'. Ahhh ... andai nenek masih ada di sini, kita pasti masih saling bertukar cerita.

Tahukah engkau, wahai wahai nenek kami tercinta? Semenjak kepergianmu ada banyak hal yang terjadi di dunia ini dalam kehidupan kami dan kehidupanku yang kini sudah mulai beranjak dewasa. Lihatlah, cucu kecilmu nan lugu kini sudah menjadi wanita dewasa. Aku kini sedang menjalani studiku dan aku berharap bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu agar dapat mewujudkan cita-citamu nenek. Dan kini, sungguh, aku ingin nenek masih ada di sini menjadi saksi dan melihat langsung wisudaku nanti, serta menjadi saksi pertumbuhan dan perjalanan hidupku hingga aku tumbuh menjadi sosok wanita yang tangguh dan dewasa.

         ***

Hari itu akhirnya tiba. Hari di mana kesehatan nenek mulai menurun dan hanya bisa berbaring lemas di atas pembaringan. Aku selalu mengutuki diri dan hari itu. Aku tidak pernah berharap hari itu benar-benar terjadi di hidupku. Yah, hari di mana kesehatan nenek mulai menurun. Aku semakin jelas melihat adanya jejak guratan tua di wajahnya. Engkau yang tak lagi nampak muda dan tak lagi bisa menyiapkan hidangan spesial untukku. Nenek lebih banyak terbaring lemah di atas pembaringan.

Maafkan aku, Nenek. Ketika dulu engkau menyuruhku, terkadang masih sering kuabaikan. Bahkan pada saat-saat terakhirmu pun aku dan keluargamu yang lain tidak mengetahui engkau telah pergi. 

"Maafkan kami, Nenek! Pada saat terakhirmu kami belum bisa berada di sampingmu.", gumamku ketika aku selalu diingatkan kenangan tentang nenek

Sungguh, waktu itu kami benar-benar sedang tertidur pulas hingga keesokan harinya kami baru mengetahui bahwa engkau telah tiada. Maafkan cucumu yang terkadang masih sering mengabaikanmu. Sebab, dahulu ketika aku remaja, aku masih belum mengerti betapa sakitnya diabaikan. Kini kami mulai menyadari bahwa kami tidak benar-benar memanfaatkan waktu pertemuan kita di dunia dengan sebaik-baiknya. Kami membuang waktu yang begitu sangat berhargademi dunia kami sendiri. "Maafkan kami, Nenek."

Sekarang hanya tinggal rasa sedih dan penyesalan yang masih tersisa. Sampai detik ini pun, aku terkadang masih menyesali diri sendiri. Mengapa dahulu aku tidak selalu berada di sampingmu? Mengapa aku lebih memilih mengabaikan daripada menemani? Yah, mungkin rasa sesallah yang kini selalu menjadi alarm penanda bahwa aku tidak boleh lagi mengabaikan orang-orang yang selalu menyayangiku di dalam hidupku.

Nenek, tahukah engkau bahwa sekarang aku selalu merasa cemburu ketika ada kawanku yang masih memiliki sosok seorang nenek. Yah, aku cemburu pada mereka yang masih dekat dan bisa merawat neneknya. Sedangkan mengapa nenekku dipanggil lebih dahulu? Melihat kedekatan mereka dengan neneknya membuatku rindu dengan kenangan yang kita lalui bersama. Kenangan saat kita saling bertukar cerita atau saat nenek selalu menuruti segala keinginanku dengan selalu menyiapkan menu spesial untukku. Kenangan ketika nenek bercerita perihal kehidupan kepada kami, daaaan ... aaahh ... kenangan bersama nenek tidak akan pernah ada habisnya jika kutuliskan semua di sini.

              ***

Namun, asal nenek tahu kenangan manis bersama nenek akan selalu tersimpan rapi di benakku. Di dalam hati kami, juga dalam catatan kecil yang selalu kusebut sebagai 'diary'. Dan bila suatu esok nanti waktuku telah tiba untuk benar-benar berperan sebagai seorang nenek, aku akan mencontoh sifatmu persis seperti yang pernah engkau ajarkan padaku. Yah, aku banyak belajar dari nenek. Belajar betapa berartinya dalam menghargai, menerima dan mencintai dengan tulus.

Nenek, maafkan aku. Aku belum sempat mengatakan perasaanku padamu bahwa, "Aku mengagumi dan sangat menyayangi sosokmu."

Yah,  rasa ini belum terlalu jelas kurasakan saat usiaku masih remaja. Namun, kini aku tahu benar bahwa nenek sudah berjasa memberikan masa remaja nan membahagiakan serta kehidupan yang sangat berarti untuk kami anak-anakmu, cucu-cucumu yang lain, jua kerabat terdekatmu. Kami sungguh sayang nenek. Kami berharap semoga kami bisa dipertemukan kembali kelak di syurga-Nya.

     *** selesai ***

Cirebon, 10 Oktober 2022

Dari kami,
Anak, menantu, cucu, uyut, dan kerabat terdekatmu yang sudah sangat merindukanmu.
✍🏻: cucumu, Diana Pita

MENGENANG 7 TAHUN WAFATNYA ALMARHUMAH IBU KURNIAH BINTI BAPAK ABDULLAH
10 Oktober 2015 - 10 Oktober 2022
Lahumul Fatihah ...

No comments:

Post a Comment