Saturday, June 13, 2020

Menerka Wacana Kuliah Online Kampus IAI Bunga Bangsa Cirebon


Foto diambil dari acara KOMPAK 2019
 

Semakin masifnya penyebaran pandemi covid-19 membuat pemerintah turut menghimbau agar masyarakat tetap di rumah saja. Beberapa perusahaan sudah memberlakukan Work From Home, tak terkecuali instansi pendidikan.

 

Pelajar dan mahasiswa kini lebih sibuk di rumah. Dengan diberlakukannya sistem belajar di rumah, demi menekan angka penyebaran virus corona, puncaknya ialah saat ujian nasional yang seharusnya berlangsung April ini untuk tingkat SMA terpaksa ditiadakan. Imbas dari peniadaan ujian nasional adalah pelajar tidak bisa lagi corat-coret seragam saat pengumuman kelulusan. Juga kini mulai berkurang alasan bagi seorang pelajar saat ingin mengakhiri hubungan dengan dalih mau fokus UN. Kang Emil selaku Gubernur Jawa Barat bahkan memprediksikan kegiatan belajar secara normal kemungkinan baru dimulai Januari 2021, dan dapat dipastikan pembelajaran akan berlangsung secara online.

 

IAI Bunga Bangsa Cirebon salah satu kampus yang berada di Jawa Barat turut serta mempertimbangkan kuliah daring kembali untuk menyambut semester baru yang diperkirakan akan dimulai akhir Juni ini. Meskipun pemerintah pusat telah menyerukan New Normal guna menjalankan kehidupan seperti biasa dengan syarat memperhatikan protokol kesehatan. Agaknya, kampus IAI Bunga Bangsa tidak perlu resah dengan perkuliahan metode daring ini, bahkan sebelumnya sudah pernah berjalan saat awal-awal pandemi ini menginvasi seluruh nusantara. Sementara kampus-kampus lain masih menggunakan online grup whattsapp atau aplikasi Zoom yang durasinya terbatas. IAI Bunga Bangsa cukup beruntung memiliki sistem e-campus demi mendukung kegiatan belajar online, dengan banyak fitur yang semakin memudahkan dosen dan mahasiswa untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar.

 

Sayang, edukasi sistem e-campus saat orientasi mahasiswa tidak sepenuhnya dipahami mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa dan dosen yang masih merasa kebingungan menggunakan sistem ini. Seandainya kegiatan belajar mengajar tidak dipaksa untuk online, boleh jadi sistem ini tidak akan banyak digunakan dan sistem tidak akan diperbaharui seperti saat ini.

 

Namun, saya rasa sistem ini hanya dirancang untuk mengutamakan pengguna yang mengakses dengan laptop atau PC. Memang ada e-campus mode mobile tapi ada beberapa fitur yang tidak ada di e-campus mobile. Salah satu contohnya adalah ketika saya berniat mengunggah tugas di e-campus, tapi salah klik akhirnya yang diunggah malah foto dengan mantan saya. Saya seketika panik setelah mengetahui tidak ada fitur hapus atau membatalkan unggahan. Untungnya, saya bisa menghapus ungggahan tersebut setelah membukanya lewat laptop.

 

Juga barangkali sistem ini perlu disederhanakan kembali, sehingga tidak ada kata atau kalimat yang terlalu panjang, yang malah memperumit fitur itu sendiri, kalau Bapak Rektor butuh seorang UX Writer mungkin saya bisa bantu. Ya, sedikit-sedikit saya paham.

 

Kemajuan sistem e-campus juga perlu diapresiasi, setelah sebelumnya sistem terbilang cukup ruwed kini semakin dipermudah. Ya, minimal sekarang ada background Bapak Rektor sedang mewisudai mahasiswanya. Satu hal yang pasti, saya dan mungkin teman-teman yang lain sebagai mahasiswa sangat-sangat menyayangkan ketika kampus lebih memilih ujian pilihan ganda dibanding essai. Mahasiswa yang kerap dieluh-eluhkan sebagai agent of change, yang sikap kritisnya sering ditakuti penguasa membutuhkan cara-cara memancing nalar kritisnya. Bagaimana mahasiswa bisa kritis ketika dalam ujian saja jawabannya sudah dihidangkan.

 

Tentu IAI Bunga Bangsa bukanlah kampus antikritis seperti kampus yang beberapa waktu lalu menganggap Veronica Koman sebagai narasumber diskusi HAM adalah narasumber yang tidak layak, atau beberapa kampus yang seenaknya malah menaikan biaya UKT di tengah pandemi yang memaksa banyak kehilangan pekerjaan.

 

Kemudian mengenai tugas selama kegitan belajar yang nanti akan berlangsung daring, sebaiknya Bapak-Ibu Dosen tidak menganggap bahwa kuliah online sebagai momen memanfaatkan untuk memberi tugas seabrek. Benar, bisa untuk mengisi waktu saat di rumah, tetapi alangkah lebih baik dipikirkan kembali, karena dampak pandemi ini tidak melulu soal kesehatan. Namun, ada dampak ekonomi yang seringkali memunculkan sentimen bagi tiap-tiap anggota keluarga yang pada akhirnya menimbulkan konflik. Bahkan semenjak pandemi ini berlangsung angka perceraian meningkat, dan tidak sedikit yang sebelumnya terlibat kekerasan dalam rumah tangga. Lebih lanjut, pihak dosen diharap bisa memaklumi hal-hal seperti ini, dengan memberi tugas sewajarnya.

 

Permasalahan terakhir mungkin dirasakan hampir seluruh mahasiswa di Indonesia, mengenai subsidi kuota internet untuk menunjang kuliah daring. Tentu saya harap pihak kampus IAI Bunga Bangsa Cirebon bisa memberikan fasilitas ini. Kalau tidak bisa, ya tidak masalah asal kita semua mahasiswa diperbolehkan ke kampus untuk numpang wifi-an.

 

 

 

Oleh: Fanani

Cirebon, 13 Juni 2020


No comments:

Post a Comment