Semakin masifnya
penyebaran pandemi covid-19 membuat pemerintah turut menghimbau agar masyarakat
tetap di rumah saja. Beberapa perusahaan sudah memberlakukan Work From
Home, tak terkecuali instansi pendidikan.
Pelajar dan mahasiswa
kini lebih sibuk di rumah. Dengan diberlakukannya sistem belajar di rumah, demi
menekan angka penyebaran virus corona, puncaknya ialah saat
ujian nasional yang seharusnya berlangsung April ini untuk tingkat SMA terpaksa
ditiadakan. Imbas dari peniadaan ujian nasional adalah pelajar tidak bisa lagi
corat-coret seragam saat pengumuman kelulusan. Juga kini mulai berkurang alasan
bagi seorang pelajar saat ingin mengakhiri hubungan dengan dalih mau fokus UN. Kang
Emil selaku Gubernur Jawa Barat bahkan memprediksikan kegiatan belajar secara
normal kemungkinan baru dimulai Januari 2021, dan dapat dipastikan pembelajaran
akan berlangsung secara online.
IAI Bunga Bangsa Cirebon
salah satu kampus yang berada di Jawa Barat turut serta mempertimbangkan kuliah
daring kembali untuk menyambut semester baru yang diperkirakan akan dimulai
akhir Juni ini. Meskipun pemerintah pusat telah menyerukan New Normal guna menjalankan kehidupan seperti biasa dengan syarat
memperhatikan protokol kesehatan. Agaknya, kampus IAI Bunga Bangsa tidak perlu
resah dengan perkuliahan metode daring ini, bahkan sebelumnya sudah pernah
berjalan saat awal-awal pandemi ini menginvasi seluruh nusantara. Sementara
kampus-kampus lain masih menggunakan online
grup whattsapp atau aplikasi Zoom yang durasinya terbatas. IAI Bunga
Bangsa cukup beruntung memiliki sistem e-campus
demi mendukung kegiatan belajar online, dengan banyak fitur yang semakin
memudahkan dosen dan mahasiswa untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar.
Sayang, edukasi sistem e-campus saat orientasi mahasiswa tidak
sepenuhnya dipahami mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa dan dosen yang masih
merasa kebingungan menggunakan sistem ini. Seandainya kegiatan belajar mengajar
tidak dipaksa untuk online, boleh jadi
sistem ini tidak akan banyak digunakan dan sistem tidak akan diperbaharui
seperti saat ini.
Namun, saya rasa sistem
ini hanya dirancang untuk mengutamakan pengguna yang mengakses dengan laptop
atau PC. Memang ada e-campus mode mobile tapi ada beberapa fitur yang
tidak ada di e-campus mobile. Salah
satu contohnya adalah ketika saya berniat mengunggah tugas di e-campus, tapi salah klik akhirnya yang diunggah
malah foto dengan mantan saya. Saya seketika panik setelah mengetahui tidak ada
fitur hapus atau membatalkan unggahan. Untungnya, saya bisa menghapus ungggahan
tersebut setelah membukanya lewat laptop.
Juga barangkali sistem
ini perlu disederhanakan kembali, sehingga tidak ada kata atau kalimat yang
terlalu panjang, yang malah memperumit fitur itu sendiri, kalau Bapak Rektor butuh
seorang UX Writer mungkin saya bisa
bantu. Ya, sedikit-sedikit saya paham.
Kemajuan sistem e-campus juga perlu diapresiasi, setelah
sebelumnya sistem terbilang cukup ruwed kini semakin dipermudah. Ya, minimal
sekarang ada background Bapak Rektor sedang
mewisudai mahasiswanya. Satu hal yang pasti, saya dan mungkin teman-teman yang
lain sebagai mahasiswa sangat-sangat menyayangkan ketika kampus lebih memilih
ujian pilihan ganda dibanding essai. Mahasiswa yang kerap dieluh-eluhkan
sebagai agent of change, yang sikap
kritisnya sering ditakuti penguasa membutuhkan cara-cara memancing nalar
kritisnya. Bagaimana mahasiswa bisa kritis ketika dalam ujian saja jawabannya
sudah dihidangkan.
Tentu IAI Bunga Bangsa
bukanlah kampus antikritis seperti kampus yang beberapa waktu lalu menganggap
Veronica Koman sebagai narasumber diskusi HAM adalah narasumber yang tidak
layak, atau beberapa kampus yang seenaknya malah menaikan biaya UKT di tengah
pandemi yang memaksa banyak kehilangan pekerjaan.
Kemudian mengenai tugas
selama kegitan belajar yang nanti akan berlangsung daring, sebaiknya Bapak-Ibu
Dosen tidak menganggap bahwa kuliah online
sebagai momen memanfaatkan untuk memberi tugas seabrek. Benar, bisa untuk
mengisi waktu saat di rumah, tetapi alangkah lebih baik dipikirkan kembali,
karena dampak pandemi ini tidak melulu soal kesehatan. Namun, ada dampak
ekonomi yang seringkali memunculkan sentimen bagi tiap-tiap anggota keluarga
yang pada akhirnya menimbulkan konflik. Bahkan semenjak pandemi ini berlangsung
angka perceraian meningkat, dan tidak sedikit yang sebelumnya terlibat
kekerasan dalam rumah tangga. Lebih lanjut, pihak dosen diharap bisa memaklumi
hal-hal seperti ini, dengan memberi tugas sewajarnya.
Permasalahan terakhir
mungkin dirasakan hampir seluruh mahasiswa di Indonesia, mengenai subsidi kuota
internet untuk menunjang kuliah daring. Tentu saya harap pihak kampus IAI Bunga
Bangsa Cirebon bisa memberikan fasilitas ini. Kalau tidak bisa, ya tidak
masalah asal kita semua mahasiswa diperbolehkan ke kampus untuk numpang wifi-an.
Oleh: Fanani
Cirebon, 13 Juni 2020
No comments:
Post a Comment