Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Thursday, December 23, 2021

 

KASIH IBU SETULUS LILIN

Oleh : Diana Pita


Seperti bening embun menitiskan kasih

Pada kuntum 'puspa' nan menyerikan taman

Bakal semarai kelopak segar terali pagar

Ialah beliau, Sang Ibu yang merawat dan menjagaku sedari kecil


Seperti tulusnya lilin yang menyala

Rela terbakar hingga leleh ke punca

Peluh menguras raga, keluh tak dirasa

Demi cita, jua demi cinta pada 'sang buah hati'


Tiada mutiara yang lebih kemilau

Daripada butiran air mata yang menetes di pipinya

Walau selut intan, segunung berlian

Kasih sayangnya tak akan mampu tertandingi


Karena di dalamnya bersemayam 'cinta'

Di bawah telapak kakinya ada 'surga' nan selalu kurindukan

Untukku dan untukmu mengalir selalu kasih sayangnya


Cirebon, 22 Desember 2021


~ @RK_11 ~

Wednesday, October 28, 2020

 



Oleh: Diana


Terkenang sejarah nusantara diciptakan

Gema sebuah sumpah kepemudaan

Diaminkan para malaikat di sisi Tuhan

Satu bahasa, tumpah darah, bangsa diikrarkan


Membahana satukan tekad mengisi perubahan

Lengan baju kaum muda disingsingkan

Harapan memajukan negeri digelarkan

Berkembang di mata dunia, tonggak, kemerdekaan


Pemuda adalah nafas bangsa yang dilahirkan

Laksana benih suci yang tumbuh tuk mengukuhkan

Mengikat erat jiwa, raga, nyawa di ragam kepulauan

Generasi emas bangsa dalam kemuliaan satu tujuan.


Jamblang, 28 Oktober 2020.

Thursday, October 15, 2020

 


Oleh: Diana Pita


Maafkan aku jika mengharapkanmu

Maafkan aku jika menunggumu

Maafkan aku jika yakin kau adalah jodohku

Maafkan aku yang percaya pada mimpi itu


Aku mencintaimu karena Allah

Itulah yang aku rasakan saat ini, sejak awal aku menemukanmu

Jujur, tak bisa kuhilangkan wajahmu dan namamu dalam hati ini,

apalagi saat mimpi itu hadir dalam tidurku

Keyakinanku bertambah kuat,

yakin kau adalah adalah yang terbaik,

kauakan mendampingiku dengan kesetiaan, ketulusan, serta keimanan yang ada di hatimu

Mungkin kaumeragukanku, mungkin kau tak percaya padaku

Tapi maafkan aku jika masih berharap mimpi itu menjadi nyata

Indahnya raut wajahmu, lembutnya tatapan matamu, keteduhan hatimu yang membuatku luluh di hadapanmu


Jika aku boleh berharap, aku ingin mimpi itu menjadi nyata hidup bersama dalam naungan cinta dan ikatan yang diridhoi Allah

Bersama berjuang di jalan-Nya

Aku mencintaimu karena Allah


Ya Allah

Jika benar dia jodohku

Jika aku adalah bagian dari tulang rusuknya yang hilang dengan kekuasaan dan kehendak-Mu,

Maka satukanlah kami dalam ikatan

Dengan jalan terindah dengan cara yang tak pernah kubayangkan sebelumnya


Ya Allah

Karena Engkau aku merindukannya

Karena Engkau aku mencintainya

Karena Engkau aku menantikannya

Karena Engkau aku bertahan dalam rasa sakitnya merindu

Karena Engkau aku terus bertahan dan berharap dalam asa, dan rasa yang tak pernah kutau kapan waktu itu akan tiba


Untuk calon imamku,

Aku masih di sini

Aku selalu ada untukmu

Aku akan tetap menantikanmu

Percayalah aku menantikanmu karena Allah

Takkan kutinggalkan kauhanya karena hal kecil

Kesalahan yang pernah kaubuat padaku,

Aku mencintaimu karena Allah


Cirebon, 8 Oktober 2020

Thursday, October 8, 2020


Untukmu yang tidur mengenakan dasi. Kautahu? Jangankan kita, Masyarakat, bungkus gorengan pun berkelakar menggelar

Tujuanmu, menggemakan pekikkan gagak di tengah malam. Kami akan sampaikan salam rindu dengan puisi dan syair syahdu, teruntuk dirimu, sang Penguasa.


 Indonesia Butuh Cinta yang Merata


Oleh Anni Cahya


Katanya,

Indonesia itu penuh cinta

Ternyata,

Cinta itu tak pernah merata

Cinta hanya untuk yang punya harta

Cinta tak pernah di beri untuk kami, yang tak punya apa-apa

Kami hanya minta cinta yang merata

Agar hidup berdampingan, bisa bahagia bersama-sama


#gagalkanomnibuslaw




Lalim

Oleh : Wawat Qomariyah


Ada apa ini?

Udara pagi berubah suram

Pengap dengan keresahan

Pasalnya malam tadi ada keputusan merugikan

Kebijakan tak karuan baru saja ditetapkan

Catatan sejarah kelam bertambah lagi


Ribuan wajah marhaen terpasang pucat pasi

'Ini pembunuhan' keluh batinnya

Suaranya telah habis menjerit

Sayang, nyatanya mereka terlanjur tuli

Tak mau tahu tentang tangisan anak negeri


Masa bodoh tentang bangsa ini

Toh, kita memang hanya mencari untung

Urusan apa dengan krisis legitimasi

Toh, bangku ini telah diduduki

Peduli apa dengan kesejahteraan rakyat ini

Kenal saja tidak


Nyatanya ibu pertiwi memang sedang bersusah hati

Diinjak dan dikotori oleh puan tuan tak tahu diri

Dulu saja menghamba meminta suara kami

Saat ini, jangankan tepati janji

Keluhan kami saja tak ditepati

Memang tak berfungsi


Suara kami mengawang

Melebur pada pengaharapan tak tercapai

Kami hampir lupa tentang keadilan sosial

Karena kami selalu dirugikan

Saat nyawa kami terancam wabah antah berantah

Dengan sekali tikaman kebijakan brutal

Kaurenggut sisa pengharapan kami

Nafas hidup ini hampir sekarat

Lalu tewas di tanah sendiri


Hingga pada titik kami tahu

Kata 'LALIM' masih terlalu manis

Bagi kalian pembantai bangsa ini


Kuningan, 7 Oktober 2020



Suara Rakyat


Oleh Lukman


Rakyat,

Rakyat,

Suara itu bergema di tengah maraknya virus Korona

Lihatlah kawan, mereka rapatkan barisan tuk melawan

Melawan?

Mereka melawan kedzaliman para pengkhianat rakyat!


Mosi tidak percaya!

Mosi bergerak bak laskar cinta

Mosi hancurkan tahta,

Tahta kedzaliman para penguasa


Adakah secuil cinta di negeriku?

Secuil cinta untuk menyumbat pori-pori kerakusan si Fulan

Hingga kami tahu bahwa negeriku sedang baik-baik saja


Cirebon, 07 Oktober 2020


Sebelum Waktu Memasuki Dini Hari

Oleh: Iskandar


Di bawah cahaya lampu

Mencoba terjemahkan 

Puisi dari rumi

Sebelum waktu

Memasuki dini hari


Sementara wabah belum hilang dari semesta

Sedangkan berita di media

Tentang undang-undang yang baru bagi tenaga kerja

Membuat seluruh lapisan keluarga resah dan gelisah

Seakan kebakaran jenggot


Singkat cerita

Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit sang dokter dengar suara

Seorang

Musisi jalanan

Mendendangkan lagu

Iwan Fals,

"Wakil Rakyat seharusnya merakyat jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil Rakyat bukan paduan suara

Hanya tau nyanyian lagu setuju"


Dalam hati bertanya 

Apakah luna masih tetap sejati pada nabastala

Untuk melayani malam?


Demi shalawat 

Yang terus menerus

Bergema dalam pesantren

Apa warna yang tepat di awal bulan Oktober?


Cirebon, 8 Oktober 2020


Omnibus Law

Oleh Syela MaPurSa


Di sudut malam ...

Mataku belum juga terpejam

Kuambil benda pipih di nakas ranjang

Untuk mengisi waktu luang


Kuhidupkan data dengan kuota malam

Melihat berbagai unggahan yang kini sedang viral

Ternyata trending topik adalah omnibus law


Apa itu omnibus law?

Saat itu yang terlintas di pikiranku adalah peraturan terkait bus

Apakah tarif bus naik lagi?

Ataukah pemusnahan bus?


Tapi ternyata aku salah

Omnibus law adalah RUU yang terkait dengan buruh

Hak hak buruh yang terampas

Oleh oknum yang mementingkan kelas atas


Tak kusangka

Ternyata ada manusia setega mereka

Janji yang diucapkan untuk menyejahterakan rakyat

Apakah mereka tidak ingat?


Untuk mencapai posisi itu mereka membutuhkan suara rakyat

Namun saat telah tercapai mereka malah menghianati rakyat

Bolehkah kusebut mereka manusia bejat?


Rasa kesal ini melanda dada

Terasa menyesakkan mengetahui sikap mereka

Kuberharap semoga Tuhan memberi hidayah

Kepada mereka yang serakah

Agar tak lagi membuat rakyat sengsara


Kututup benda pipih itu

Berdo'a sebelum terlelap

Dengan hati yang penuh harap

Semoga UU itu segera lenyap


Di atas kursi, 08 Oktober 2020

Monday, October 5, 2020



Karya: Rokhmatul Maula


Layaknya senja kaubisa pergi kapan saja.

Rasanya terlalu egois jika memaksakanmu untuk tetap di sini bersamaku

Kauboleh datang dan pergi sesuka hatimu.

Pintu hatiku selalu terbuka untukmu.

Walaupun kaudatang tidak lagi dengan hati yang sama.

Namun, aku senang, karena aku adalah tempat pulangmu walaupun sementara.


05 Oktober 2020